Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Sandhangan swara cacahe ana

Sandhangan swara cacahe ana - Sandhangan swara cacahe ana iku ono 5 yaiku wulu (i), pepet (ê), suku (u), taling (e), lan taling tarung (o). Aksara tradisional Jawa atau aksara Jawa merupakan salah satu jenis aksara yang digunakan di Indonesia, terutama di wilayah Jawa. Aksara Jawa memiliki beragam jenis, salah satunya adalah aksara carakan. Aksara carakan adalah jenis aksara Jawa yang tidak memiliki sandhangan, sehingga hanya dapat menulis satu jenis bunyi.


Untuk memberikan variasi bunyi pada aksara Jawa, maka dapat digunakan sandhangan. Sandhangan dalam aksara Jawa berfungsi sebagai perubah bunyi. Sandhangan dalam aksara Jawa terdiri dari beberapa jenis, diantaranya adalah sandhangan swara dan sandhangan konsonan.


Sandhangan swara dalam aksara Jawa terdapat 5 jenis, yaitu wulu, pepet, suku, taling, dan taling tarung. Masing-masing jenis sandhangan memiliki fungsi yang berbeda-beda dalam merubah bunyi.


Sandhangan swara wulu berguna untuk merubah bunyi menjadi i. Contohnya, jika menggunakan huruf ha (ꦲ) dan ditambahkan sandhangan wulu (꧀ꦮ), maka akan menjadi bunyi hi (ꦲꦮ).


Sandhangan swara pepet berguna untuk merubah bunyi menjadi ê. Contohnya, jika menggunakan huruf ha (ꦲ) dan ditambahkan sandhangan pepet (꧀ꦥ), maka akan menjadi bunyi he (ꦲꦥ).


Sandhangan swara suku berguna untuk merubah bunyi menjadi u. Contohnya, jika menggunakan huruf ka (ꦏ) dan ditambahkan sandhangan suku (꧀ꦲ), maka akan menjadi bunyi ku (ꦏꦲ).


Sandhangan swara taling berguna untuk merubah bunyi menjadi e. Contohnya, jika menggunakan huruf na (ꦤ) dan ditambahkan sandhangan taling (꧀ꦠ), maka akan menjadi bunyi ne (ꦤꦠ).


Sandhangan swara taling tarung berguna untuk merubah bunyi menjadi o. Contohnya, jika menggunakan huruf ta (ꦠ) dan ditambahkan sandhangan taling tarung (꧀ꦠꦿ), maka akan menjadi bunyi to (ꦠꦿ).


Dengan adanya beragam jenis sandhangan dalam aksara Jawa, maka dapat memberikan variasi bunyi pada aksara Jawa. Hal ini juga dapat memudahkan dalam penulisan aksara Jawa dengan bunyi yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Jawa untuk mempelajari dan memahami berbagai jenis sandhangan dalam aksara Jawa.


Selain sandhangan swara, aksara Jawa juga memiliki sandhangan konsonan yang berfungsi sebagai perubah bunyi pada konsonan. Sandhangan konsonan dalam aksara Jawa terdiri dari sandhangan pasangan, sandhangan pamungkah, sandhangan pamungkah tandha, dan sandhangan layar.


Sandhangan pasangan berguna untuk menggandakan bunyi konsonan. Contohnya, jika menggunakan huruf ka (ꦏ) dan ditambahkan sandhangan pasangan (꧀ꦏꦱ), maka akan menjadi bunyi kka (ꦏꦱ).


Sandhangan pamungkah berguna untuk merubah bunyi konsonan menjadi bunyi konsonan lain yang memiliki tempat di lidah yang sama. Contohnya, jika menggunakan huruf ta (ꦠ) dan ditambahkan sandhangan pamungkah (꧀ꦥ), maka akan menjadi bunyi tha (ꦠꦥ).


Sandhangan pamungkah tandha berguna untuk merubah bunyi konsonan menjadi bunyi konsonan lain yang memiliki tempat di lidah yang berbeda. Contohnya, jika menggunakan huruf ka (ꦏ) dan ditambahkan sandhangan pamungkah tandha (꧀ꦏ꧀ꦕ), maka akan menjadi bunyi kha (ꦏ꧀ꦕ).


Sandhangan layar berguna untuk menghilangkan bunyi vokal pada konsonan yang ditulis di akhir suku kata. Contohnya, jika menggunakan huruf ga (ꦒ) dan ditambahkan sandhangan layar (꧀), maka akan menjadi bunyi g (ꦒ꧀).


Dalam penggunaan aksara Jawa, masyarakat Jawa juga memperhatikan penggunaan sandhangan yang tepat sesuai dengan aturan ejaan yang berlaku. Hal ini karena penggunaan sandhangan yang tidak tepat dapat mempengaruhi makna kata yang ditulis. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat Jawa untuk mempelajari dan memahami aturan ejaan aksara Jawa beserta penggunaan sandhangan yang tepat.


Meskipun penggunaan aksara Jawa saat ini tidak sebanyak penggunaan huruf Latin, namun aksara Jawa masih dipelajari dan digunakan oleh sebagian masyarakat Jawa untuk keperluan tertentu, seperti untuk menulis puisi, sastra, dan dokumen-dokumen resmi. Oleh karena itu, aksara Jawa perlu dijaga dan dilestarikan agar tidak hilang ditelan zaman dan tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia.

Demikian artikel kali ini di motorcomcom jangan lupa simak artikel menarik lainnya disini.

Posting Komentar untuk "Sandhangan swara cacahe ana"