Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Contoh wewangsalan

Contoh wewangsalan - Bahasa Jawa memiliki kekayaan budaya dan seni yang tak ternilai. Salah satu bentuk seni linguistik yang khas dalam bahasa Jawa adalah wewangsalan. Wewangsalan digunakan untuk mengekspresikan sesuatu hal atau makna yang tidak sama dengan kalimat aslinya. Dalam wewangsalan, bagian lariknya biasanya terdiri atas dua, tiga, atau empat kata. Sebagai contoh, "Wewangsalan, Be bebek be guling" memiliki makna "busan kedek jani ngeling" yang berarti "Tadi tertawa, sekarang menangis."


Wewangsalan merupakan bentuk seni bahasa yang memerlukan pemahaman mendalam tentang budaya, konteks, dan nuansa bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa, setiap kata dan kalimat dapat memiliki makna yang lebih dalam dan kompleks. Penggunaan wewangsalan memperkaya bahasa Jawa dengan cara yang kreatif dan mengundang keingintahuan bagi pendengar atau pembaca.


Salah satu daya tarik wewangsalan adalah kekhasan bunyi dan ritme bahasa Jawa yang tercipta melalui penggunaan larik yang pendek. Larik dalam wewangsalan dapat menggabungkan kata-kata yang tak terduga, memberikan kesan yang unik dan menarik. Dengan demikian, wewangsalan bukan hanya menjadi sarana komunikasi, tetapi juga menjadi ekspresi seni yang memancarkan keindahan dan kearifan lokal.


Wewangsalan tidak hanya digunakan dalam percakapan sehari-hari, tetapi juga dalam kesusastraan Jawa tradisional. Dalam tembang Jawa atau tembang macapat, wewangsalan sering digunakan sebagai gaya bahasa yang menciptakan keindahan puisi. Pada saat yang sama, wewangsalan juga digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan moral, filosofis, atau sosial dalam puisi Jawa.


Namun, penggunaan wewangsalan juga dapat menimbulkan tantangan dalam pemahaman, terutama bagi mereka yang tidak terbiasa dengan bahasa Jawa. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga dan memperkaya warisan budaya ini dengan terus belajar dan mengapresiasi seni wewangsalan. Dengan begitu, kita dapat memahami, menghargai, dan melestarikan kekayaan bahasa dan budaya Jawa.


Dalam kesimpulannya, wewangsalan merupakan seni bahasa yang khas dalam budaya Jawa. Penggunaan larik pendek dalam wewangsalan menghasilkan ekspresi yang kreatif dan mendalam. Wewangsalan tidak hanya menjadi sarana komunikasi sehari-hari, tetapi juga menjadi bagian integral dari kesusastraan Jawa. Dengan menjaga dan mengapresiasi seni wewangsalan, kita dapat memperkaya warisan budaya Jawa dan menghargai keunikan serta kearifan lokal yang terkandung dalam bahasa ini.

erikut ini adalah beberapa contoh wewangsalan dalam bahasa Jawa:


Ada tengeh masui kaput

Ada keneh mamunyi takut


Arti: Ada yang mulutnya kecil suka berbicara besar

Ada yang tubuhnya besar tapi takut


Makna: Seseorang yang berbicara dengan percaya diri namun memiliki pemahaman yang terbatas. Sementara, orang lain yang tampak kuat dan besar tetapi mudah takut.


Bangbang dadua ken ceburin

Bajang dadua ken anggurin


Arti: Gajah itu melompat masuk ke kolam

Bayi itu diminum anggur


Makna: Ungkapan ini menggambarkan hal-hal yang dilakukan di luar kebiasaan atau diluar logika. Seperti gajah yang melompat ke kolam, yang seharusnya tidak mungkin dilakukan oleh gajah. Atau memberi bayi minuman anggur yang seharusnya tidak cocok untuk bayi.


Buangit kali gangsa

Magae lengit ngamah sasa


Arti: Langitnya menjadi keruh

Gunungnya menjadi sasa


Makna: Ungkapan ini menggambarkan perubahan yang tidak biasa atau memburuknya keadaan. Seperti langit yang tiba-tiba menjadi keruh atau gunung yang biasanya kuat menjadi rapuh.


Dalam contoh-contoh di atas, wewangsalan digunakan untuk mengungkapkan situasi atau peristiwa dengan gaya bahasa yang unik. Larik pendek dalam wewangsalan memberikan kesan yang singkat namun mengandung makna yang mendalam. Penggunaan wewangsalan dalam bahasa Jawa merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan ide dan perasaan dengan cara yang kreatif dan estetis.


Demikian artikel kali ini di motorcomcom jangan lupa simak artikel menarik lainnya disini.

Posting Komentar untuk "Contoh wewangsalan"