Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Apabila sel hewan berada pada lingkungan yang hipertonik sel menjadi

Apabila sel hewan berada pada lingkungan yang hipertonik sel menjadi - bagi yang belum tahu, Apabila sel hewan berada pada lingkungan yang hipertonik sel menjadi krenasi. Sel-sel hewan memiliki kemampuan untuk mengatur keseimbangan cairan dalam dan luar selnya melalui proses osmosis. Osmosis merupakan pergerakan molekul air dari daerah dengan konsentrasi air yang tinggi ke daerah dengan konsentrasi air yang rendah melalui membran semipermeabel.


Namun, ketika sel hewan ditempatkan dalam lingkungan yang hipertonik, di mana konsentrasi larutan di luar sel lebih tinggi daripada di dalam sel, maka terjadi perbedaan konsentrasi air antara lingkungan luar dan dalam sel. Hal ini menyebabkan air bergerak keluar dari sel, sehingga sel menjadi mengkerut atau mengalami krenasi.


Krenasi merupakan proses perubahan bentuk sel menjadi lebih kecil dan keriput karena kekurangan air. Proses ini terjadi karena air yang bergerak keluar dari sel menyebabkan membran sel mengalami kerutan dan menyebabkan sel menjadi tidak bisa lagi berfungsi dengan normal. Selain itu, perubahan bentuk dan ukuran sel ini juga dapat mempengaruhi fungsi organisme secara keseluruhan.


Contoh lingkungan hipertonik yang dapat menyebabkan krenasi pada sel hewan adalah air laut yang mengandung banyak garam. Ketika sel hewan terpapar dengan air laut, konsentrasi garam yang lebih tinggi di luar sel akan menarik air keluar dari sel dan menyebabkan sel menjadi krenasi.


Untuk mencegah terjadinya krenasi pada sel hewan, selalu diperlukan keseimbangan antara konsentrasi cairan dalam dan luar sel. Dalam lingkungan hipertonik, sel dapat mengatasi perbedaan konsentrasi dengan memompa ion keluar dari sel untuk menarik air ke dalam sel. Proses ini dilakukan oleh pompa ion yang terletak di membran sel.


Secara keseluruhan, krenasi pada sel hewan terjadi ketika sel ditempatkan dalam lingkungan hipertonik dan air bergerak keluar dari sel. Krenasi dapat mempengaruhi fungsi sel dan organisme secara keseluruhan. Oleh karena itu, diperlukan keseimbangan antara konsentrasi cairan dalam dan luar sel untuk mencegah terjadinya krenasi pada sel hewan.


Jika sel hewan ditempatkan dalam lingkungan yang hipotonik, di mana konsentrasi larutan di luar sel lebih rendah daripada di dalam sel, maka terjadi perbedaan konsentrasi air antara lingkungan luar dan dalam sel. Hal ini menyebabkan air bergerak masuk ke dalam sel, sehingga sel menjadi bengkak atau mengalami lisis.


Lisis terjadi ketika sel mengalami pembengkakan yang berlebihan sehingga membran sel menjadi tidak dapat menahan tekanan yang dihasilkan oleh air yang masuk ke dalam sel. Akibatnya, membran sel pecah dan isi sel bercampur dengan lingkungan luar.


Kondisi hipotonik ini bisa terjadi pada sel-sel tubuh saat terkena luka atau cedera dan lingkungan sekitarnya mengandung cairan yang lebih murni atau kurang pekat dibandingkan dengan cairan di dalam sel.


Meskipun lisis bisa menjadi ancaman serius bagi sel, pada beberapa organisme seperti tumbuhan, proses ini dapat terjadi secara alami. Tumbuhan memiliki dinding sel yang kuat yang dapat menahan tekanan osmotik yang dihasilkan oleh air yang masuk ke dalam sel, sehingga mereka tidak mengalami lisis pada kondisi hipotonik.


Secara keseluruhan, ketika sel hewan ditempatkan dalam lingkungan hipotonik, air akan masuk ke dalam sel sehingga sel menjadi bengkak dan dapat mengalami lisis. Oleh karena itu, penting bagi sel untuk mempertahankan keseimbangan air dalam dan luar sel agar dapat berfungsi dengan baik dan mencegah kerusakan sel yang tidak diinginkan.


Berbeda dengan sel hewan, Jika sel tumbuhan dimasukkan ke dalam lingkungan yang bersifat hipotonik, di mana konsentrasi larutan di luar sel lebih rendah daripada di dalam sel, maka air akan masuk ke dalam sel tumbuhan. Tetapi, sel tumbuhan memiliki dinding sel yang kuat yang dapat menahan tekanan osmotik yang dihasilkan oleh air yang masuk ke dalam sel. Sel tumbuhan tidak akan pecah karena dinding selnya dapat menahan tekanan yang dihasilkan oleh air yang masuk ke dalam sel. Air yang masuk ke dalam sel tumbuhan membuat sel tumbuhan menjadi tegang dan kaku, hal ini disebut dengan turgor.


Sementara itu, jika sel tumbuhan dimasukkan ke dalam lingkungan yang bersifat hipertonik, di mana konsentrasi larutan di luar sel lebih tinggi daripada di dalam sel, maka air akan keluar dari sel tumbuhan. Hal ini terjadi karena sel tumbuhan memiliki tekanan osmotik yang lebih rendah daripada lingkungan luar. Akibatnya, sel tumbuhan menjadi kendur dan mengalami plasmolisis, yaitu proses ketika sitoplasma terlepas dari dinding sel karena kekurangan air.


Kemampuan sel tumbuhan untuk mengatasi kondisi hipertonik ini karena adanya dinding sel yang kuat dan kemampuan sel untuk mempertahankan tekanan osmotik yang tinggi dengan cara menambahkan solut di dalam selnya.


Secara keseluruhan, sel tumbuhan dapat bertahan pada kondisi hipotonik karena adanya dinding sel yang kuat, sedangkan pada kondisi hipertonik, sel tumbuhan akan mengalami plasmolisis atau kekurangan air sehingga menjadi kendur. Demikian artikel kali ini di motorcomcom jangan lupa simak artikel menarik lainnya disini.

Posting Komentar untuk "Apabila sel hewan berada pada lingkungan yang hipertonik sel menjadi"