Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pada awal tahun pembelajaran bu ani menjadi wali kelas di kelas 7

Soal

Pada awal tahun pembelajaran Bu Ani menjadi wali kelas di kelas 7 SMP Nusa Bangsa. Bu Ani ingin menciptakan kelasnya menjadi kelas yang menyenangkan.
Diawal masuk kelas 7, Bu Ani mengajak muridnya untuk membuat kesepakatan kelas yang akan menjadi ketentuan bagi setiap murid di kelasnya.
Bu Ani meminta murid-muridnya untuk mengusulkan apa yang akan menjadi kesepakatan kelasnya, dan diperoleh hasil kesepakatan kelasnya adalah
1. mendengarkan saat guru sedang bicara
2. keluar atau masuk kelas harus izin guru
3. saling menghargai sesama teman
4. jujur dan bertanggung jawab
5. menyelesaikan tugas tepat waktu
6. tidak bermain hp di kelas

Pertanyaan:
Tindakan yang dilakukan Bu Ani sebagai wali kelas merupakan bentuk promosi dari …
a. suara murid
b. kepemilikan murid
c. kesepakatan murid
d. pilihan murid

Jawaban yang tepat adalah a. suara murid

Kesepakatan Kelas: Suara Murid dan Keterlibatan Aktif dalam Pembentukan Aturan

Hello Sobat motorcomcom!

Masuki dunia kelas 7 SMP Nusa Bangsa, dan kita akan membahas suatu aspek yang mungkin terasa sangat biasa, tetapi memiliki dampak besar pada lingkungan belajar, yaitu kesepakatan kelas. Kesepakatan kelas dapat menjadi pondasi kuat untuk menciptakan atmosfer yang menyenangkan dan berdaya belajar tinggi.

Partisipasi Aktif: Suara Murid Menentukan Aturan

Saat Bu Ani memimpin sebagai wali kelas, dia memilih pendekatan yang melibatkan suara murid. Ini bukanlah sekadar aturan yang ditetapkan dari atas, tetapi merupakan hasil diskusi dan masukan dari setiap siswa. Dengan memberikan kesempatan bagi siswa untuk berpartisipasi aktif, mereka merasa dihargai dan memiliki kepentingan dalam kesepakatan yang dibuat.

Partisipasi aktif siswa ini membuka ruang untuk mendengarkan berbagai perspektif. Misalnya, aturan untuk "mendengarkan saat guru sedang bicara" mungkin memiliki makna yang berbeda bagi setiap siswa. Diskusi membantu mereka memahami pentingnya sikap mendengarkan dalam konteks pembelajaran.

Membuat Kesepakatan sebagai Rasa Kepemilikan Bersama

Setelah diskusi panjang, kesepakatan kelas bukan hanya menjadi peraturan yang diterapkan oleh guru, melainkan menjadi hasil dari rasa kepemilikan bersama. Siswa merasa bahwa aturan-aturan ini adalah milik mereka, dan mereka memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa kesepakatan tersebut dijalankan dengan baik.

Bu Ani memahami bahwa dengan memberikan ruang bagi suara murid dalam membentuk aturan, ini menciptakan ikatan emosional dengan kesepakatan tersebut. Ini bukan lagi aturan yang dipaksakan, tetapi nilai-nilai yang dianut bersama untuk menciptakan lingkungan belajar yang positif.




Mendorong Tanggung Jawab dan Kedisiplinan

Kesepakatan kelas tidak hanya berfungsi sebagai daftar aturan, tetapi juga sebagai instrumen untuk membentuk tanggung jawab dan kedisiplinan di antara anggota kelas. Melalui kesepakatan ini, siswa diajak untuk menjadi pribadi yang jujur dan bertanggung jawab. Mereka menyadari bahwa kepatuhan terhadap aturan adalah langkah awal dalam membentuk karakter yang baik.

Kedisiplinan di sini bukanlah konsep yang bersifat otoriter, tetapi lebih kepada penghargaan terhadap waktu dan ruang belajar. Aturan masuk dan keluar kelas dengan izin guru bukan sekadar peraturan, tetapi simbol dari kedisiplinan diri dan saling menghormati.

Pentingnya Kesepakatan dalam Menciptakan Rasa Milik

Merupakan suatu prestasi untuk menciptakan rasa memiliki di dalam kelas. Kesepakatan kelas tidak hanya terbatas pada aturan-aturan tertulis, tetapi menciptakan iklim di mana setiap siswa merasa bahwa mereka adalah bagian integral dari proses pembelajaran.

Kesepakatan ini membantu mengatasi konflik dan menciptakan norma-norma sosial positif di antara siswa. Mereka memahami bahwa saling menghargai sesama teman bukanlah sekadar frase, melainkan komitmen bersama untuk menjaga hubungan yang baik di dalam dan luar kelas.

Menyelesaikan Tugas Tepat Waktu sebagai Wujud Komitmen

Salah satu kesepakatan yang disepakati oleh murid-murid adalah kewajiban untuk menyelesaikan tugas tepat waktu. Ini bukan sekadar aturan yang dibuat oleh guru, melainkan komitmen bersama untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil akademis di kelas.

Bu Ani memberikan penekanan pada pentingnya tanggung jawab terhadap tugas. Dengan menyelesaikan tugas tepat waktu, siswa tidak hanya memenuhi kewajiban akademis, tetapi juga membentuk kebiasaan yang akan membawa manfaat dalam kehidupan mereka di masa depan.

Menjaga Fokus Tanpa Gadget di Kelas

Di era teknologi ini, Bu Ani mengerti bahwa gadget dapat menjadi gangguan serius di kelas. Oleh karena itu, dengan mencantumkan kesepakatan untuk tidak bermain HP di kelas, siswa diingatkan akan pentingnya menjaga fokus dan konsentrasi selama pembelajaran berlangsung.

Kesepakatan ini membantu menciptakan ruang belajar yang bebas dari distraksi teknologi, dan sekaligus membentuk kebiasaan positif dalam penggunaan teknologi di kelas.

Ketika kesepakatan kelas menjadi hasil dari diskusi bersama, itu menciptakan rasa demokrasi di antara siswa. Mereka belajar bagaimana memberikan masukan, mendengarkan pandangan orang lain, dan mencapai kesepakatan bersama. Hal ini melatih keterampilan sosial yang sangat diperlukan dalam kehidupan sehari-hari, baik di dalam maupun di luar kelas.

Kesepakatan kelas juga membuka pintu untuk mengatasi permasalahan atau ketidaksetujuan di antara siswa. Dengan memiliki aturan yang disepakati bersama, mereka memiliki dasar untuk menyelesaikan konflik secara konstruktif. Proses ini mengajarkan mereka bahwa perbedaan pendapat dapat diatasi melalui dialog dan kompromi.

Salah satu keuntungan besar dari partisipasi aktif siswa adalah terciptanya rasa tanggung jawab terhadap aturan yang dibuat. Mereka tidak melihat aturan tersebut sebagai pembatasan, melainkan sebagai pedoman untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif. Dengan demikian, mereka merasa memiliki peran dalam menjaga kelas menjadi tempat yang menyenangkan dan efektif untuk belajar.

Keempat nilai utama yang diusung oleh kesepakatan kelas, yaitu mendengarkan, izin guru, menghargai sesama, jujur, dan menyelesaikan tugas tepat waktu, mencerminkan nilai-nilai inti dalam pendidikan. Bu Ani tidak hanya mendidik mereka tentang aturan sekolah, tetapi juga membentuk karakter mereka sesuai dengan nilai-nilai moral yang berlaku dalam masyarakat.

Pentingnya nilai-nilai ini tidak hanya berlaku dalam dunia sekolah, tetapi juga membekas dalam kehidupan sehari-hari siswa. Mereka membawa nilai-nilai tersebut ke rumah dan menerapkannya dalam hubungan dengan keluarga dan teman-teman di luar lingkungan sekolah.

Kesepakatan kelas menjadi landasan bagi pembentukan budaya sekolah yang positif. Dengan membiasakan diri untuk saling menghargai dan bekerja sama, siswa tidak hanya belajar untuk sukses secara akademis, tetapi juga membentuk kepribadian yang mencerminkan nilai-nilai sosial positif.

Proses membentuk kesepakatan kelas tidak hanya berhenti pada saat itu. Bu Ani terus melibatkan siswa dalam memantau dan mengevaluasi kesepakatan tersebut. Melalui refleksi bersama, mereka dapat melihat dampak dari aturan yang telah dibuat dan mencari cara untuk memperbaiki atau menguatkan kesepakatan tersebut.

Kesepakatan kelas juga dapat menjadi alat pembelajaran yang dinamis. Misalnya, jika muncul situasi atau tantangan baru dalam kelas, mereka dapat menggunakan proses yang sama untuk membahas dan menetapkan aturan tambahan atau perubahan yang diperlukan. Hal ini melibatkan siswa secara langsung dalam pembentukan dan pengembangan budaya sekolah yang terus beradaptasi.

Ketika suara murid didengarkan dan dihargai, ini menciptakan suasana di mana siswa merasa nyaman untuk menyampaikan ide dan perasaan mereka. Hal ini sangat penting untuk mendukung kreativitas dan inovasi di antara siswa. Kesepakatan kelas bukan hanya mengenai disiplin, tetapi juga tentang menciptakan ruang belajar yang memotivasi dan memungkinkan setiap siswa untuk berkembang secara optimal.

Kesepakatan kelas menjadi cermin dari semangat kebersamaan dan kolaborasi. Siswa belajar bahwa pembentukan aturan tidak selalu berarti pembatasan, tetapi juga tentang menciptakan fondasi untuk keberhasilan bersama. Mereka belajar bahwa melibatkan diri dalam pengambilan keputusan dapat memberikan dampak positif pada lingkungan belajar.

Selain itu, kesepakatan kelas menciptakan kejelasan dalam ekspektasi. Siswa tahu apa yang diharapkan dari mereka dan bagaimana mereka dapat berkontribusi pada kelas. Ini membantu mengurangi ketidakpastian dan menciptakan suasana belajar yang terstruktur dan terfokus.

Seiring berjalannya waktu, bukan hanya Bu Ani yang menjadi pendorong utama kesepakatan kelas. Siswa-siswa juga merasa memiliki tanggung jawab untuk menjaga keharmonisan kelas dan melibatkan diri secara aktif dalam mendukung aturan yang telah mereka buat bersama.

Terakhir, kesepakatan kelas bukanlah sekadar peraturan yang terpampang di dinding kelas. Ini adalah pernyataan nilai yang hidup di setiap tindakan dan interaksi di kelas. Siswa menginternalisasi aturan tersebut sehingga menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kelas mereka.

Demikianlah, kesepakatan kelas yang melibatkan suara murid tidak hanya menciptakan peraturan, tetapi membentuk budaya sekolah yang inklusif, positif, dan berorientasi pada pengembangan pribadi. Suara murid bukan hanya didengar, tetapi juga menjadi daya pendorong untuk menciptakan lingkungan belajar yang dinamis dan bermakna.

Sampai jumpa kembali di artikel menarik lainnya!

Posting Komentar untuk "Pada awal tahun pembelajaran bu ani menjadi wali kelas di kelas 7"