Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

ahmad adalah siswa smp yang rajin memanfaatkan media sosial seperti facebook, instagram dan tik tok. dalam pemberian nama akun media sosial ahmad selalu memberi identitas profil dan nama akunnya sesuai nama sebenarnya. teman-teman ahmad banyak yang sering menyembunyikan identitas mereka di akun media sosialnya. menurut ahmad memasang profil dan nama sebenarnya adalah bagian dari akhlak seorang muslim yang meneladani sifat wajib rasul allah yaitu kejujuran. ahmad menyampaikan kepada teman temannya bahwa kejujuran yang kita lakukan ini meneladani sifat rasul yang harus kita terapkan dalam semua sisi kehidupan. berdasarkan ilustrasi tersebut, nilai moderasi beragama yang sesuai dengan perilaku ahmad adalah ….

Pertanyaan

Ahmad adalah siswa SMP yang rajin memanfaatkan media sosial seperti facebook, instagram dan tik tok. Dalam pemberian nama akun media sosial Ahmad selalu memberi identitas profil dan nama akunnya sesuai nama sebenarnya. Teman-teman Ahmad banyak yang sering menyembunyikan identitas mereka di akun media sosialnya. Menurut Ahmad memasang profil dan nama sebenarnya adalah bagian dari akhlak seorang muslim yang meneladani sifat wajib rasul Allah yaitu kejujuran. Ahmad menyampaikan kepada teman temannya bahwa kejujuran yang kita lakukan dalam meneladani sifat rasul ini harus kita terapkan dalam semua sisi kehidupan. Berdasarkan ilustrasi tersebut, nilai moderasi beragama yang sesuai dengan perilaku Ahmad adalah ….
 
A. keteladanan
B. berkeadaban
C. mengambil jalan tengah
D. kewarganegaraan dan kebangsaan ​

Jawaban yang tepat adalah A. keteladanan


Ahmad mempraktikkan nilai moderasi beragama dengan menunjukkan keteladanan dalam penggunaan media sosial. Dalam konteks ini, keteladanan merujuk pada tindakan nyata Ahmad yang mencerminkan kejujuran dan keterbukaan, terutama dalam penggunaan profil dan nama sebenarnya di media sosial. Tindakan ini sesuai dengan nilai kejujuran yang dipegang teguh dalam ajaran agama Islam, dan Ahmad berusaha meneladani sifat wajib rasul Allah yang juga mencerminkan kejujuran. 

Dengan mengambil jalan keteladanan ini, Ahmad mencoba memimpin dengan contoh positif dan memberikan dorongan kepada teman-temannya untuk melakukan hal serupa. Dengan demikian, nilai moderasi beragama Ahmad dalam konteks ini adalah keteladanan, karena dia tidak hanya menyuarakan kejujuran, tetapi juga mengamalkannya dalam tindakan sehari-hari, khususnya di dunia maya melalui media sosial. 

Ahmad sebagai siswa SMP yang rajin memanfaatkan media sosial seperti Facebook, Instagram, dan TikTok, memilih untuk memberikan identitas profil dan nama akun yang sesuai dengan nama sebenarnya. Pilihan ini mencerminkan keputusan yang sadar untuk menjaga kejujuran dan keterbukaan dalam interaksi online. Ketika banyak teman-temannya cenderung menyembunyikan identitas di akun media sosial mereka, Ahmad memandang bahwa menampilkan profil dan nama sebenarnya adalah bagian dari akhlak seorang Muslim yang meneladani sifat wajib rasul Allah, yaitu kejujuran. Keteladanan yang ditunjukkan Ahmad dapat menjadi suatu contoh bagi teman-temannya dan masyarakat sekitarnya. 

Dalam Islam, nilai kejujuran dianggap sebagai salah satu sifat utama yang harus diperlihatkan dalam setiap aspek kehidupan. Rasulullah SAW sendiri dikenal sebagai Al-Amin (yang dapat dipercaya) sebelum beliau diangkat sebagai rasul. Oleh karena itu, Ahmad dengan tindakan kecilnya dalam penggunaan media sosial telah mempraktikkan nilai-nilai agama secara nyata. Dalam konteks ini, keteladanan Ahmad bukan hanya sebatas pemberian identitas yang jujur di media sosial, tetapi juga melibatkan sikap dan perilaku positif lainnya. 

Misalnya, cara Ahmad berkomunikasi online, membagikan konten yang bermanfaat, dan menjaga etika dalam interaksi daringnya. Keteladanan ini menciptakan lingkungan yang lebih positif di dunia maya, di mana kejujuran dan keterbukaan diapresiasi. Ahmad juga mengajak teman-temannya untuk memahami bahwa kejujuran yang diterapkan dalam meneladani sifat rasul harus diimplementasikan dalam semua sisi kehidupan. Ini mencakup perilaku di dunia nyata dan virtual. 


Dengan kata lain, Ahmad mempromosikan konsep konsistensi dalam beragama, bahwa nilai-nilai agama yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari harus mencakup seluruh aspek kehidupan, termasuk interaksi di dunia maya. Menggunakan media sosial dengan kejujuran dapat memberikan kontribusi positif dalam membentuk kepribadian dan moralitas individu. Ketika seseorang konsisten dalam menjaga integritasnya di dunia maya, hal tersebut dapat menciptakan lingkungan online yang lebih etis dan saling mendukung. Ahmad, melalui tindakan keteladanan ini, tidak hanya mengaplikasikan nilai-nilai agama dalam hidupnya sendiri tetapi juga menciptakan dampak positif di sekitarnya. 

 Selain itu, tindakan Ahmad mencerminkan konsep moderasi beragama, yang melibatkan keseimbangan antara keyakinan agama dan kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, Ahmad tidak hanya menjalankan keyakinannya di tempat ibadah, tetapi juga mengintegrasikan nilai-nilai agama ke dalam aktivitas harian seperti penggunaan media sosial. Dengan demikian, Ahmad menunjukkan bahwa moderasi beragama tidak hanya terjadi dalam momen-momen tertentu, melainkan dapat diaplikasikan secara konsisten dalam berbagai aspek kehidupan. 

Ahmad, dengan pendekatan moderasi beragama yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, juga dapat menjadi agen perubahan di lingkungan sekolahnya. Melalui tindakan keteladanan dan ajakan kejujuran, Ahmad mendorong teman-temannya untuk lebih sadar akan nilai-nilai agama dalam kehidupan mereka. Pada gilirannya, hal ini dapat menciptakan atmosfer yang lebih harmonis dan penuh dengan nilai-nilai positif di lingkungan sekolah. 

Penting untuk dicatat bahwa Ahmad tidak bersikap otoriter atau memaksakan pandangannya kepada teman-temannya. Sebaliknya, dia memberikan contoh positif dan berbagi pemikiran tentang kejujuran dengan cara yang menginspirasi. Pendekatan ini sesuai dengan konsep moderasi beragama yang mengedepankan dialog, penghormatan terhadap perbedaan, dan penanaman nilai-nilai agama dengan cara yang tidak mengintimidasi. 

 Dalam lingkup moderasi beragama, Ahmad juga menunjukkan kemampuannya untuk mengambil jalan tengah. Meskipun menggunakan media sosial yang sering kali dapat menjadi sumber konflik nilai dan etika, Ahmad memilih untuk menjadikan platform tersebut sebagai sarana untuk menyebarkan nilai-nilai positif. Dia tidak mengeksploitasi media sosial untuk kepentingan yang tidak sesuai dengan ajaran agama, melainkan menjadikannya sebagai alat untuk berbagi inspirasi, motivasi, dan kebaikan. Ketika Ahmad berbicara tentang kejujuran yang harus diterapkan dalam semua sisi kehidupan, ini mencakup hubungan antarpribadi, lingkungan sekolah, dan interaksi online. 

Dengan kata lain, Ahmad memahami bahwa nilai-nilai agama tidak boleh terbatas pada tindakan tertentu atau di tempat-tempat ibadah saja. Hal ini sejalan dengan konsep moderasi beragama yang menekankan keseimbangan antara kehidupan beragama dan kehidupan sehari-hari. Pilihan Ahmad untuk memperlihatkan identitas aslinya di media sosial juga dapat diartikan sebagai bentuk tanggung jawab kewarganegaraan dan kebangsaan (option D). 

Dalam dunia digital yang semakin kompleks, menjaga integritas dan kejujuran dalam bermedia sosial juga merupakan bagian dari tanggung jawab sebagai warga negara yang baik. Dengan menjadi teladan positif di ruang daring, Ahmad membantu menciptakan lingkungan online yang lebih aman, etis, dan sesuai dengan nilai-nilai kebangsaan. 

Terlepas dari pemilihan jawaban yang paling sesuai, tindakan Ahmad menciptakan narasi positif tentang bagaimana pemuda dapmengilhami teman-temannya, dan menciptakan dampak positif dalam lingkungannya.at memainkan peran kunci dalam membangun masyarakat yang berlandaskan nilai-nilai agama dan kewarganegaraan. Ahmad tidak hanya berbicara tentang kejujuran, tetapi juga mengaplikasikannya dalam tindakan. Ahmad, dengan keputusannya untuk mempraktikkan kejujuran dalam penggunaan media sosial, juga membuka pintu untuk pembicaraan lebih luas tentang etika digital dan moralitas di era digital. 

Dalam dunia yang semakin terkoneksi ini, tantangan etika muncul dalam berbagai bentuk, terutama di ranah media sosial yang sering kali menjadi wadah untuk interaksi, komunikasi, dan ekspresi diri. Dalam konteks ini, Ahmad mungkin dapat menjadi inisiator diskusi di sekolahnya tentang bagaimana kita dapat menjaga integritas dan etika dalam bermedia sosial. Diskusi semacam ini dapat melibatkan aspek-aspek seperti penggunaan nama asli, pengelolaan privasi, serta dampak sosial dan psikologis dari aktivitas di media sosial. 

Dengan mempertimbangkan nilai-nilai agama sebagai dasar diskusi, Ahmad dapat membantu teman-temannya dan lingkungan sekolahnya untuk lebih memahami implikasi etika digital. Selain itu, Ahmad juga bisa mengajak teman-temannya untuk mempertimbangkan dampak positif yang dapat dihasilkan dari penggunaan media sosial. Banyak pemuda yang memanfaatkan platform-platform tersebut untuk menyuarakan aspirasi, menyebarkan pesan positif, dan berkontribusi dalam kegiatan sosial. 

Dengan memahami bahwa media sosial tidak hanya tempat untuk bersenang-senang atau menunjukkan diri, tetapi juga sebagai wadah untuk memberikan dampak positif, Ahmad membantu membangun kesadaran bahwa teknologi dapat digunakan untuk kebaikan bersama. Melalui tindakan-tindakannya, Ahmad juga memberikan kontribusi positif terhadap pembentukan karakter dan kepribadian teman-temannya. Kejujuran yang ditunjukkan di media sosial dapat menciptakan lingkungan yang lebih percaya dan saling menghormati di antara sesama pengguna. 

Ini menjadi langkah penting dalam merespons tantangan-tantangan etika dan moral yang muncul di dunia maya. Keteladanan Ahmad juga bisa menjadi dasar bagi program-program pendidikan karakter di sekolahnya. Sekolah dapat mengambil inspirasi dari tindakan positif Ahmad dalam memasukkan nilai-nilai agama dan moralitas ke dalam kehidupan sehari-hari. 

Melibatkan siswa dalam kegiatan-kegiatan yang mendorong pengembangan karakter positif, seperti kejujuran, rasa tanggung jawab, dan empati, akan membantu menciptakan lingkungan pendidikan yang holistik. Ahmad, dengan pendekatan moderasi beragama dan kejujuran yang diaplikasikan dalam konteks media sosial, juga membantu mengatasi stereotip negatif tentang pemuda dan penggunaan teknologi. Dalam beberapa kasus, pemuda dianggap sebagai kelompok yang rentan terhadap perilaku online yang tidak etis atau bahkan merugikan. 

Ahmad, dengan tindakannya, membuktikan bahwa pemuda dapat menjadi agen perubahan positif, bahkan dalam ranah yang sering kali dianggap kontroversial seperti media sosial. Dengan melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan yang membangun karakter, Ahmad membuktikan bahwa pemuda dapat menjadi kekuatan positif dalam masyarakat. Ini menggambarkan nilai kewarganegaraan dan kebangsaan, di mana setiap individu berkontribusi untuk menciptakan masyarakat yang lebih baik sesuai dengan nilai-nilai yang dijunjung bersama. Ahmad tidak hanya menjadi siswa rajin dalam penggunaan media sosial, tetapi juga menjadi pemimpin muda yang memberikan dampak positif dalam lingkungannya.

Posting Komentar untuk "ahmad adalah siswa smp yang rajin memanfaatkan media sosial seperti facebook, instagram dan tik tok. dalam pemberian nama akun media sosial ahmad selalu memberi identitas profil dan nama akunnya sesuai nama sebenarnya. teman-teman ahmad banyak yang sering menyembunyikan identitas mereka di akun media sosialnya. menurut ahmad memasang profil dan nama sebenarnya adalah bagian dari akhlak seorang muslim yang meneladani sifat wajib rasul allah yaitu kejujuran. ahmad menyampaikan kepada teman temannya bahwa kejujuran yang kita lakukan ini meneladani sifat rasul yang harus kita terapkan dalam semua sisi kehidupan. berdasarkan ilustrasi tersebut, nilai moderasi beragama yang sesuai dengan perilaku ahmad adalah …."