Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

peserta didik telah memiliki moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. dia mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi. hal ini merupakan contoh perilaku moral-spritual pada tahapan?

Pertanyaan

Seorang peserta didik selalu menaati tata tertib sekolah. Dia  mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi. Dia juga memiliki moralitas yang  benar-benar telah diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain.


Hal ini merupakan contoh perilaku moral-spritual pada tahapan ...                      

A.  penalaran prakonvensional

B.  penalaran konvensional

C.  penalaran pascakonvensional    

D.  penalaran interkonvensional


Jawab yang tepat adalah C.  penalaran pascakonvensional  


Penalaran Pascakonvensional: Explorasi Moralitas dan Kode Etik Pribadi

Sobat motorcomcom, Hello!

Peserta didik yang telah mencapai tingkat di mana moralitas benar-benar diinternalisasikan menjadi pondasi perilaku mereka menunjukkan tahapan penalaran moral-spiritual yang tinggi. Pada tahap ini, mereka tidak lagi hanya mengikuti standar-standar orang lain, melainkan telah mengembangkan pemahaman mendalam tentang tindakan moral alternatif dan mampu menjelajahi pilihan-pilihan dengan memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi.

Penalaran pascakonvensional, seperti yang dijelaskan oleh psikolog Lawrence Kohlberg, mengacu pada tahapan tertinggi dalam perkembangan moral. Peserta didik pada tahap ini memiliki kemampuan untuk memahami kompleksitas moralitas dan membuat keputusan berdasarkan pertimbangan etika yang sangat pribadi.

Pada tahapan ini, peserta didik telah melewati tahap-tahap sebelumnya, seperti penalaran konvensional yang berkaitan dengan norma sosial dan ekspektasi masyarakat. Mereka tidak lagi terpaku pada apa yang dianggap benar oleh orang lain, melainkan memiliki kemandirian moral yang kuat.

Seiring dengan itu, mereka juga mampu mengidentifikasi dan menjelajahi berbagai pilihan moral. Ini bukan lagi tentang mengikuti aturan yang ada, tetapi tentang menjalani proses introspeksi yang mendalam untuk memahami implikasi moral dari setiap tindakan.

Salah satu ciri khas dari penalaran pascakonvensional adalah kemampuan untuk mengembangkan suatu kode moral pribadi. Ini bukan sekadar mengikuti norma yang ada, tetapi peserta didik mampu merumuskan prinsip-prinsip moral yang menjadi dasar keputusan mereka.

Contoh konkret dari perilaku moral-spiritual pada tahapan ini adalah ketika seorang peserta didik dihadapkan pada situasi sulit di mana tidak ada aturan yang jelas atau norma yang dapat diikuti. Mereka mampu melibatkan diri dalam refleksi moral yang mendalam, mempertimbangkan nilai-nilai yang mereka anut, dan kemudian membuat keputusan yang konsisten dengan kode etik pribadi mereka.

Perilaku ini mencerminkan kedewasaan moral yang tinggi, di mana peserta didik tidak lagi mengandalkan otoritas eksternal untuk menentukan apa yang benar atau salah. Mereka telah mencapai tingkat di mana keputusan mereka didasarkan pada integritas pribadi dan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai moral.

Penting untuk diingat bahwa penalaran pascakonvensional bukanlah akhir dari perkembangan moral. Ini adalah suatu tahap yang menunjukkan kedewasaan moral tertinggi pada tingkat individu. Proses ini juga dapat melibatkan eksplorasi spiritualitas dan hubungan dengan prinsip-prinsip moral yang lebih luas.

Melalui penalaran pascakonvensional, peserta didik dapat membentuk pandangan moral yang lebih kompleks dan kontekstual. Mereka tidak hanya melihat tindakan sebagai benar atau salah, tetapi mampu memahami nuansa moral dan konsekuensi yang lebih dalam.

Sebagai contoh, peserta didik pada tahapan ini mungkin mempertimbangkan faktor-faktor seperti niat, keadilan, dan dampak sosial dari suatu tindakan sebelum membuat keputusan moral. Ini mencerminkan kepekaan moral yang tinggi dan kemampuan untuk melihat situasi dari berbagai perspektif.

Seiring dengan itu, penalaran pascakonvensional juga memungkinkan peserta didik untuk membentuk hubungan yang lebih mendalam dengan nilai-nilai spiritual atau etis yang mereka anut. Mereka tidak hanya mengikuti aturan karena diharuskan, tetapi memilih untuk mengikuti suatu jalan moral karena diyakini sebagai bentuk integritas pribadi.

Hal ini juga menciptakan dasar bagi pengembangan kepemimpinan moral. Peserta didik pada tahap ini dapat menjadi teladan dalam komunitas mereka, membimbing orang lain dalam proses penalaran moral yang mendalam, dan menciptakan lingkungan yang didasarkan pada nilai-nilai moral-spiritual yang kuat.

Sebagai kesimpulan, penalaran pascakonvensional adalah puncak dari perkembangan moral-spiritual. Peserta didik pada tahapan ini bukan hanya mengenal tindakan moral alternatif, melainkan mampu menjelajahi pilihan-pilihan dengan memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi. Mereka telah mencapai tingkat di mana moralitas bukan lagi eksternal, melainkan sepenuhnya diinternalisasikan sebagai panduan perilaku mereka.

Sampai Jumpa di Artikel Menarik Lainnya, Sobat motorcomcom!

Posting Komentar untuk "peserta didik telah memiliki moralitas benar-benar diinternalisasikan dan tidak didasarkan pada standar-standar orang lain. dia mengenal tindakan moral alternatif, menjajaki pilihan-pilihan, dan kemudian memutuskan berdasarkan suatu kode moral pribadi. hal ini merupakan contoh perilaku moral-spritual pada tahapan?"