Ibu Wina adalah wali kelas dari kelas XI-9. Ia menerima pengaduan dari guru Matematika, Fisika dan Kimia bahwa anak didiknya yang Bernama Giri selalu mencontek selama pekan ujian. Setelah melakukan pendekatan, Bu Wina mengetahui bahwa Giri mencontek karena merasa tidak percaya diri akan mendapatkan nilai yang baik jika bekerja sendiri. Lebih jauh Giri menjelaskan bahwa rasa tidak percaya dirinya timbul karena orang tuanya selalu memarahi dan menghukumnya ketika nilai Giri tidak seperti yang diharapkan. Giri yang tidak menyukai pelajaran Matematika dan IPA selalu dituntut untuk mendapatkan nilai yang bagus. Menurut orang tuanya, Giri harus pintar dalam mata pelajaran tersebut apabila ingin sukses menjadi seorang Arsitek seperti yang diharapkan kedua orang tuanya. Menyikapi hal tersebut, Bu Wina mengarahkan Giri untuk secara rutin berkonsultasi dengan guru Bimbingan Konseling dan juga memberi pengertian kepada Giri bahwa setiap kali muridnya tersebut merasa kesulitan dengan pelajaran, Giri bisa berkonsultasi dengan dirinya. Bu Wina juga mengingatkan Giri untuk belajar bersikap jujur dan menghindari perilaku curang dalam mengerjakan ujian. Berikan analisis Anda mengenai ilustrasi di atas dengan menjawab pertanyaan berikut: a. Apa jenis sosialisasi yang terjadi antara Bu Wina dengan Giri? Jelaskan alasan Anda. b. Apakah sosialisasi yang dilakukan orang tua Giri merupakan Pola Represif atau Partisipatoris? Berikan alasan jawaban Anda berdasarkan ciri-ciri dari pola sosialisasi tersebut.
Pertanyaan
Ibu Wina adalah wali kelas dari kelas XI-9. Ia menerima pengaduan dari guru Matematika, Fisika
dan Kimia bahwa anak didiknya yang Bernama Giri selalu mencontek selama pekan ujian. Setelah
melakukan pendekatan, Bu Wina mengetahui bahwa Giri mencontek karena merasa tidak percaya
diri akan mendapatkan nilai yang baik jika bekerja sendiri. Lebih jauh Giri menjelaskan bahwa rasa
tidak percaya dirinya timbul karena orang tuanya selalu memarahi dan menghukumnya ketika nilai
Giri tidak seperti yang diharapkan. Giri yang tidak menyukai pelajaran Matematika dan IPA selalu
dituntut untuk mendapatkan nilai yang bagus. Menurut orang tuanya, Giri harus pintar dalam mata
pelajaran tersebut apabila ingin sukses menjadi seorang Arsitek seperti yang diharapkan kedua
orang tuanya. Menyikapi hal tersebut, Bu Wina mengarahkan Giri untuk secara rutin berkonsultasi
dengan guru Bimbingan Konseling dan juga memberi pengertian kepada Giri bahwa setiap kali
muridnya tersebut merasa kesulitan dengan pelajaran, Giri bisa berkonsultasi dengan dirinya. Bu
Wina juga mengingatkan Giri untuk belajar bersikap jujur dan menghindari perilaku curang dalam
mengerjakan ujian.
Berikan analisis Anda mengenai ilustrasi di atas dengan menjawab pertanyaan berikut:
a. Apa jenis sosialisasi yang terjadi antara Bu Wina dengan Giri? Jelaskan alasan Anda.
b. Apakah sosialisasi yang dilakukan orang tua Giri merupakan Pola Represif atau Partisipatoris?
Berikan alasan jawaban Anda berdasarkan ciri-ciri dari pola sosialisasi tersebut.
Jawaban:
Analisis Ilustrasi: Sosialisasi antara Bu Wina dan Giri
a. Jenis Sosialisasi antara Bu Wina dan Giri:
Sosialisasi yang terjadi antara Bu Wina dan Giri dapat diidentifikasi sebagai sosialisasi sekunder. Sosialisasi ini terjadi di dalam lingkungan sekolah, khususnya dalam peran wali kelas dan guru. Bu Wina mencoba untuk memahami dan membantu Giri mengatasi masalahnya dengan cara yang positif, menunjukkan perhatian terhadap perkembangan pribadi dan akademisnya.
b. Sosialisasi Orang Tua Giri: Pola Represif atau Partisipatoris:
Sosialisasi yang dilakukan orang tua Giri dapat dikategorikan sebagai Pola Represif. Hal ini terlihat dari tekanan dan harapan yang tinggi yang ditempatkan pada Giri untuk berhasil dalam mata pelajaran tertentu, yaitu Matematika dan IPA. Orang tua Giri menetapkan standar yang sangat tinggi dan menuntut Giri untuk mencapainya demi mencapai cita-citanya menjadi seorang arsitek.
Ciri-ciri Pola Represif dalam sosialisasi ini termasuk:
Tekanan dan Hukuman: Orang tua Giri memberikan tekanan dan hukuman ketika nilai Giri tidak sesuai harapan, menciptakan atmosfer yang menekan dan tidak kondusif untuk belajar.
Tujuan Tertentu: Ada harapan yang sangat spesifik bahwa Giri harus pintar dalam bidang tertentu (Matematika dan IPA) untuk mencapai sukses sesuai dengan profesi yang diinginkan oleh orang tua.
Kurangnya Fleksibilitas: Pola Represif cenderung kurang fleksibel dan tidak memperhatikan kebutuhan atau preferensi individu anak.
Saran dan Tindakan yang Diambil oleh Bu Wina:
Konsultasi dengan Guru Bimbingan Konseling: Bu Wina membimbing Giri untuk berkonsultasi secara rutin dengan guru bimbingan konseling. Ini mencerminkan upaya untuk mengatasi dampak negatif dari pola sosialisasi orang tua yang represif.
Memberi Pengertian dan Mendorong Keterbukaan: Bu Wina memberikan pemahaman kepada Giri bahwa setiap kesulitan dapat diatasi dengan konsultasi dan mendorong keterbukaan. Ini adalah langkah positif untuk membantu Giri merasa lebih percaya diri dan mendapatkan dukungan yang dibutuhkannya.
Dalam konteks ini, intervensi Bu Wina mencoba untuk meredakan tekanan yang mungkin dirasakan oleh Giri akibat pola sosialisasi orang tua yang represif, dan sebaliknya, memotivasi Giri untuk mencari bantuan dan dukungan saat menghadapi kesulitan.
Posting Komentar untuk "Ibu Wina adalah wali kelas dari kelas XI-9. Ia menerima pengaduan dari guru Matematika, Fisika dan Kimia bahwa anak didiknya yang Bernama Giri selalu mencontek selama pekan ujian. Setelah melakukan pendekatan, Bu Wina mengetahui bahwa Giri mencontek karena merasa tidak percaya diri akan mendapatkan nilai yang baik jika bekerja sendiri. Lebih jauh Giri menjelaskan bahwa rasa tidak percaya dirinya timbul karena orang tuanya selalu memarahi dan menghukumnya ketika nilai Giri tidak seperti yang diharapkan. Giri yang tidak menyukai pelajaran Matematika dan IPA selalu dituntut untuk mendapatkan nilai yang bagus. Menurut orang tuanya, Giri harus pintar dalam mata pelajaran tersebut apabila ingin sukses menjadi seorang Arsitek seperti yang diharapkan kedua orang tuanya. Menyikapi hal tersebut, Bu Wina mengarahkan Giri untuk secara rutin berkonsultasi dengan guru Bimbingan Konseling dan juga memberi pengertian kepada Giri bahwa setiap kali muridnya tersebut merasa kesulitan dengan pelajaran, Giri bisa berkonsultasi dengan dirinya. Bu Wina juga mengingatkan Giri untuk belajar bersikap jujur dan menghindari perilaku curang dalam mengerjakan ujian. Berikan analisis Anda mengenai ilustrasi di atas dengan menjawab pertanyaan berikut: a. Apa jenis sosialisasi yang terjadi antara Bu Wina dengan Giri? Jelaskan alasan Anda. b. Apakah sosialisasi yang dilakukan orang tua Giri merupakan Pola Represif atau Partisipatoris? Berikan alasan jawaban Anda berdasarkan ciri-ciri dari pola sosialisasi tersebut."