Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

ciri geografi akhir abad ke 19 adalah pandangan terhadap iklim, tumbuhan, hewan serta terhadap bentang alam. kebanyakan ahli geografi pada masa ini memperdalam tentang

Pandangan geografi pada akhir abad ke-19 mencerminkan perkembangan dan perubahan signifikan dalam pemahaman tentang dunia fisik. Pada masa ini, ciri khas pandangan geografi terfokus pada penelitian dan pemahaman terhadap iklim, tumbuhan, hewan, dan bentang alam. Meskipun demikian, pergeseran ini juga mencatat penurunan dalam kajian geografi manusia, sementara ahli geografi lebih mendalamkan diri dalam bidang geologi.

Salah satu fokus utama pada periode ini adalah pemahaman terhadap iklim dan faktor-faktor yang memengaruhinya. Ilmuwan geografi memperdalam penelitian mereka untuk memahami pola cuaca, perubahan iklim, dan dampaknya terhadap lingkungan. Mereka menyusun peta iklim, mengidentifikasi zona-zona termal, dan mencoba memahami interaksi kompleks antara lautan, atmosfer, dan daratan.

Selain itu, ahli geografi abad ke-19 juga meneliti flora dan fauna dunia. Mereka melakukan eksplorasi dan klasifikasi tumbuhan serta hewan dari berbagai belahan dunia. Penelitian ini memberikan pemahaman lebih mendalam tentang distribusi spesies, keanekaragaman hayati, dan adaptasi makhluk hidup terhadap lingkungannya.

Bentang alam juga menjadi fokus utama pada periode ini. Ahli geografi mendokumentasikan dan memetakan berbagai bentuk topografi, termasuk pegunungan, lembah, dan sungai. Mereka meneliti proses geomorfologi yang membentuk lanskap, seperti erosi dan sedimentasi. Pemahaman terhadap bentang alam menjadi dasar penting dalam mengkaji potensi sumber daya alam, membantu perencanaan pertanian, dan mengidentifikasi area rawan bencana alam.

Sementara itu, fokus pada kajian geografi manusia mengalami penurunan relatif. Meskipun beberapa penelitian dilakukan, tetapi tidak seintensif penelitian di bidang geologi dan unsur fisik lainnya. Hal ini dapat dipahami sebagai respons terhadap semakin meningkatnya minat pada ilmu alam dan penelitian eksplorasi di berbagai belahan dunia.

Pergeseran ini mencerminkan semangat pencerahan ilmiah pada masa itu, di mana pengamatan empiris dan metode ilmiah ditekankan. Keterbatasan teknologi pada masa itu membatasi akses terhadap data dan informasi, sehingga fokus pada ilmu alam dan pengamatan langsung mengenai dunia fisik menjadi pilihan yang lebih dapat diakses.

Meskipun demikian, pergeseran ini tidak berarti bahwa geografi manusia kehilangan relevansinya. Kajian geografi manusia akan mengalami kebangkitan pada abad ke-20, sejalan dengan perkembangan teknologi dan perubahan sosial-politik yang mengubah dinamika global. Pada masa tersebut, geografi manusia akan kembali menjadi fokus utama dalam pemahaman terhadap hubungan kompleks antara manusia dan lingkungan sekitarnya.

Seiring berjalannya waktu, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuka pintu baru bagi disiplin geografi. Pada abad ke-20, geografi manusia mengalami revitalisasi dengan munculnya pendekatan baru yang lebih kompleks dan interdisipliner. Globalisasi, urbanisasi massal, dan perubahan iklim menjadi sorotan utama kajian geografi manusia.

Globalisasi dan Mobilitas:

Pada abad ke-20, geografi manusia mulai memahami dampak globalisasi terhadap perubahan sosial, ekonomi, dan politik di berbagai belahan dunia. Mobilitas manusia, perdagangan internasional, dan aliran informasi menjadi perhatian utama.
Urbanisasi dan Perubahan Kota:

Pertumbuhan kota-kota besar menjadi fenomena utama yang dikaji oleh geografi manusia. Ahli geografi mulai memahami dinamika urbanisasi, distribusi populasi di kota, serta dampaknya terhadap lingkungan dan kualitas hidup.
Perubahan Iklim dan Bencana Alam:

Kajian geografi manusia semakin memfokuskan perhatiannya pada perubahan iklim dan dampaknya terhadap manusia. Penelitian ini melibatkan pemahaman tentang mitigasi dan adaptasi terhadap bencana alam yang semakin sering terjadi.
Pemberdayaan Komunitas dan Pembangunan Berkelanjutan:

Geografi manusia pada abad ke-20 menekankan pada pemberdayaan komunitas lokal dan pembangunan berkelanjutan. Kajian ini melibatkan upaya untuk memahami ketidaksetaraan sosial, pelestarian lingkungan, dan penciptaan kondisi hidup yang berkelanjutan.
Teknologi Informasi dan Ruang Virtual:

Perkembangan teknologi informasi membawa geografi manusia ke dalam ruang virtual. Penggunaan sistem informasi geografis (SIG) dan pemodelan spasial membantu dalam memahami kompleksitas interaksi manusia dengan ruang dan lingkungan.
Pada abad ke-21, geografi manusia terus menghadapi tantangan baru seiring dengan perkembangan global yang pesat. Isu-isu seperti ketidaksetaraan ekonomi, migrasi massal, dan ketahanan terhadap perubahan iklim menjadi fokus utama penelitian. Integrasi lebih lanjut antara ilmu pengetahuan fisik dan sosial dalam geografi menunjukkan bahwa pendekatan holistik diperlukan untuk memahami kompleksitas dunia yang terus berubah.

Dengan mempertimbangkan sejarah dan perkembangan geografi, kita dapat melihat bahwa disiplin ini terus beradaptasi dengan perubahan zaman. Pada akhirnya, geografi tetap menjadi kunci untuk memahami hubungan manusia dengan lingkungan, serta dinamika kompleks yang membentuk dunia tempat kita tinggal.

Posting Komentar untuk "ciri geografi akhir abad ke 19 adalah pandangan terhadap iklim, tumbuhan, hewan serta terhadap bentang alam. kebanyakan ahli geografi pada masa ini memperdalam tentang"