Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Cento dianggap gagal membendung komunisme di timur tengah setelah

Pertanyaan

CENTO dianggap gagal membendung komunisme di Timur Tengah setelah . . . .

a. negara-negara yang tergabung dalam CENTO menolak Amerika terlibat dalam organisasi tersebut 

b. membiarkan Amerika dan lnggris menempatkan intelijennya sejumlah negara Timur Tengah 

c. melakukan pembiaran terhadap hubungan militer yang terjalin antara Uni Soviet dan Mesir 

d. gagal mendirikan pangkalan militer di negara-negara anggota 

e. menahan Irak untuk keluar dari CENTO 


Jawaban yang benar adalah e. menahan Irak untuk keluar dari CENTO 


Selama masa Perang Dingin, Timur Tengah menjadi medan perjuangan antara dua kekuatan besar, Amerika Serikat dan Uni Soviet. Di tengah ketegangan ini, CENTO (Central Treaty Organization), sebuah aliansi militer yang beranggotakan negara-negara di wilayah tersebut, berusaha untuk menghambat ekspansi ideologi komunis di kawasan itu. Namun, upaya mereka dianggap gagal karena serangkaian kejadian yang terjadi setelah Irak ditekan untuk tetap bergabung dengan CENTO. Penolakan Irak untuk terus berada di dalam aliansi tersebut berdampak negatif bagi usaha CENTO dalam membendung komunisme di Timur Tengah.


CENTO didirikan pada tahun 1955 oleh Iran, Irak, Pakistan, Turki, dan Inggris, dengan tujuan untuk menciptakan aliansi pertahanan dan menghadapi ancaman komunisme yang berpotensi berasal dari Uni Soviet. Namun, peran sentral Irak dalam aliansi ini terbukti sangat krusial. Pada tahun 1958, kejadian dramatis mengguncang stabilitas Irak ketika terjadi Revolusi 14 Juli yang menyebabkan penguasa monarki pro-Barat digulingkan dan pemerintahan Republik Irak yang progresif di bawah kepemimpinan Abd al-Karim Qasim mengambil alih kekuasaan. Akibatnya, Qasim menyatakan keinginannya untuk keluar dari CENTO.


Reaksi CENTO terhadap langkah Irak sangat menentukan bagi upaya mereka dalam membendung komunisme di Timur Tengah. Seharusnya, CENTO harus melakukan diplomasi yang kuat dan menawarkan insentif untuk mempertahankan keanggotaan Irak demi menjaga stabilitas aliansi. Namun, aliansi tersebut justru memilih untuk menahan Irak dengan keras dan menolak permintaannya untuk keluar. Keputusan ini tidak hanya membuat hubungan antara Irak dan CENTO semakin renggang, tetapi juga memberi kesempatan bagi Uni Soviet untuk memperkuat pengaruhnya di Irak.


Dengan ditinggalkannya Irak dari CENTO, aliansi ini kehilangan kepercayaan di antara negara-negara di Timur Tengah. Negara-negara anggota lainnya mulai meragukan efektivitas CENTO dalam melindungi kepentingan dan keamanan wilayah mereka. Perpecahan di antara anggota membuat aliansi ini semakin lemah dan tidak mampu menghadapi pengaruh komunisme yang terus berkembang di kawasan tersebut.


Akhirnya, keputusan yang salah dalam menahan Irak menyebabkan kegagalan CENTO dalam membendung komunisme di Timur Tengah. Uni Soviet berhasil memanfaatkan situasi ini dan semakin memperkuat posisinya di wilayah tersebut. Akhirnya, aliansi ini semakin mengalami kemunduran dan akhirnya dibubarkan pada tahun 1979.


Dalam retrospeksi, peristiwa ini menjadi pelajaran penting tentang pentingnya diplomasi yang bijaksana dan fleksibilitas dalam menjaga aliansi tetap kuat. Kegagalan CENTO membendung komunisme di Timur Tengah juga menunjukkan bahwa penekanan kepentingan individu atas kepentingan kolektif dapat berdampak buruk pada usaha bersama untuk mencapai tujuan bersama.


Kegagalan CENTO dalam membendung komunisme di Timur Tengah juga menimbulkan pertanyaan mengenai efektivitas aliansi militer dalam menghadapi ancaman ideologi yang kompleks seperti komunisme. Aliansi semacam ini memerlukan komitmen yang kuat dari semua anggota untuk bekerja bersama dan saling mendukung. Namun, kejadian dengan Irak menunjukkan bahwa politik dan kepentingan nasional negara-negara anggota kadang-kadang dapat menghalangi kerja sama yang efektif.


Selain itu, kegagalan CENTO juga mencerminkan kompleksitas dinamika geopolitik di Timur Tengah selama Perang Dingin. Wilayah ini menjadi medan perang yang kompleks bagi dua kekuatan besar, dan banyak negara di sana mengalami ketegangan internal dan konflik regional. Faktor-faktor ini menjadikan tugas CENTO dalam membendung komunisme semakin rumit dan sulit.


Sebagai akibat dari kegagalan tersebut, Timur Tengah tetap menjadi wilayah yang rawan konflik dan ketegangan politik, bahkan setelah bubarnya CENTO. Pengaruh komunisme masih menjadi kekhawatiran bagi beberapa negara di kawasan tersebut, meskipun dominasi Uni Soviet telah berakhir. Perang saudara, konflik etnis, dan kebangkitan gerakan radikal masih terus menghantui stabilitas wilayah ini hingga saat ini.


Dari pengalaman kegagalan CENTO, dunia internasional dapat mengambil pelajaran penting tentang pentingnya diplomasi yang inklusif, kesediaan untuk mengakui perbedaan, dan kerja sama yang saling menguntungkan. Aliansi militer yang efektif memerlukan komitmen bersama untuk mencapai tujuan bersama, tanpa mengesampingkan kepentingan masing-masing anggota. Kegagalan CENTO juga mengingatkan kita tentang pentingnya keseimbangan kekuatan dan bagaimana suatu aliansi harus tetap relevan dan beradaptasi dengan perubahan dinamika geopolitik.


Meskipun telah berakhir, CENTO meninggalkan warisan dalam sejarah hubungan internasional, mengajarkan kita tentang tantangan dan peluang yang terlibat dalam membentuk aliansi untuk menghadapi ancaman bersama. Dalam menghadapi tantangan global saat ini, seperti perubahan iklim, terorisme, dan konflik regional, pengalaman dari kegagalan dan keberhasilan aliansi sebelumnya menjadi landasan yang berharga untuk mencari solusi yang lebih baik dan lebih efektif di masa depan.

Posting Komentar untuk "Cento dianggap gagal membendung komunisme di timur tengah setelah"